Saat
senja berkhianat
Gelap
diseruakkan
Buah
kehangatan terakhir
Ditinggalkannya
Berserakan
Berceceran
Di atas tanah-tanah lembab sisa kemaksiatan
Para
pendosa memungutinya
Menjilati,
melesapkan dalam napas
Merauh
bersama teriakan
Tak
terdengar
Meski
telinga masih berlubang
“Tak apa, memang hanya ini yang disisakan mentari
buat kami,” begitu mereka menghibur diri.
“Syukur-syukur ada sebiji.
Kalau tak, bisa mati nanti,” pendosa yang baru datang
menguatkan
Sementara suara-suara
Merauh
Meriak
Meruap
Ohm…
Ohm… Ohm…
Hom…
Hom… Hom…
No comments:
Post a Comment