Tempat Kata-Kata Bermuara

[PUISI] APEL, NEWTON DAN TUHAN


Apel
“Mengapa ia tak jatuh?” Albert bertanya
Tanpa penasaran

“Sebab masih mentah,” begitu ibu menjelaskan
Sambil merajut luka hati sebasah telaga

“Bukan yang hijau.”
“Yang merah.”
“Yang di sebelahnya.”
“Yang ada ulatnya.”
“Yang berlubang sebesar bola.”
“Yang kuning dagingnya.”
“Yang berdarah itu.”
Albert mencecar.

Ibu diam
Meletakkan rajutan
Di atas nampan pualam
Berlumur air garam
Lalu bersimpuh
Memandang
Menangis
Terisak
Berkata, “Newton telah meralat hukum gravitasinya.”

“Tapi ia bukan Tuhan,” Albert memang suka bertanya

Ibu diam
Duduk di atas kursi
Merajut kembali
Kali ini jantung tertusuk belati


Share:

No comments:

Post a Comment

Search This Blog